MAHKOTA DEWA
(Phaleria macrocarpa)
Sebagian ahli botani menamai mahkota dewa
berdasarkan tempat asalnya, yaitu Phaleria papuana Warb. var. Wichannii (Val.)
Back. Namun, sebagian yang lain menamainya berdasarkan ukuran buahnya yang
besar-besar (makro), yaitu Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. Sebutan atau
nama lain untuk mahkota dewa cukup banyak. Ada yang menyebutnya pusaka dewa,
derajat, mahkota ratu, mahkota raja, trimahkota. Di Jawa Tengah, orang
menyebutnya dengan nama makuto mewo, makuto rojo, atau makuto ratu. Orang
Banten menyebutnya raja obat. Nama ini diberikan karena pohon ini mampu
mengobati aneka penyakit. Sementara itu, orang Cina lebih suka menyebutnya pau
yang berarti obat pusaka. Tidaklah mengejutkan jika beberapa orang pun
menginggriskan namanya menjadi the crown of god.
Nama-nama lain yang sangat bagus itu umumnya
dimunculkan berdasarkan khasiat yang dikandung pohon ini. Nama-nama lain itu
juga mengandung daya tarik. Begitu hebatnya daya tarik itu sampai-sampai negara
lain pun sudah meliriknya. Ini terbukti dengan adanya pesanan ekspor pohon
mahkota dewa ke Singapura. Pesanan ini memang tidak dipenuhi karena sayang
sekali kalau sampai negara lain yang mengembangkannya, bahkan lalu
mematenkannya.
Meskipun banyak yang memberikan nama berkonotasi
bagus kepada pohon ini, ada juga orang yang memberikan nama berkonotasi
sebaliknya. Contohnya, di Depok, Jawa Barat, nama lain mahkota dewa adalah buah
simalakama. Walaupun cukup mengagetkan, sebutan ini sebetulnya cukup beralasan.
Soalnya, bagi penderita suatu penyakit, jika dimakan melebihi takaran, buah
mahkota dewa akan menyebabkan efek negatif yang tidak diharapkan, dari sariawan
hingga pusing dan mual-mual. Namun, jika tidak dimakan, penyakitnya malah
mungkin tidak bisa disembuhkan. Memang, dalam mengonsumsi buah ini, dosis yang
benar-benar tepat harus diperhatikan.
untuk MAKALAH MAHKOTA DEWA lengkap silahkan download di SINI

No comments:
Post a Comment